Pertumbuhan anak-anak memang sangat menarik karena setiap anak memiliki cara untuk untuk tumbuh. Terutama bagaimana cara belajar, sangat jelas kalau setiap anak memiliki cara belajar ataupun berinteraksi dengan cara yang berbeda-beda. Satu anak boleh jadi senang jika dibacakan cerita, satu lainnya lebih senang ketika diajak bermain di luar.
Cara belajar yang berbeda ini kemudian menjadi tugas tersendiri bagi orang tua. Sebagai orang tua, tentu saja kita mendambakan anak yang berprestasi. Ada 3 cara mengenai gaya belajar anak, yaitu auditori, visual dan kinestetik. Kira-kira, anak kita yang mana ya?
1. Gaya belajar auditori
Biasanya, mereka yang memiliki gaya belajar ini cenderung menyukai musik dan dapat dengan mudah mengingat liriknya. Mereka juga mudah mengikuti perintah yang dilontarkan secara langsung, apabila tidak paham, mereka akan langsung bertanya "coba katakan lagi." Ketika belajar sendirian, anak dengan tipe belajar auditori akan membaca materi dengan lantang dan menyukai ketika ada seseorang membawakan sebuah cerita untuk mereka. Di dalam kelas, anak tipe ini akan memahami apa yang dikatakan oleh guru secara langsung dibandingkan ketika harus belajar dengan cara membaca.
Agar anak tipe auditori dapat belajar dengan baik, maka kita bisa mendorong anak untuk mengatakan sesuatu dengan suara yang lantang. Misalnya, untuk mengingat sesuatu, minta mereka untuk mengulang-ulang hal tersebut dengan bersuara. Bisa juga dilakukan dengan cara bernyanyi, karena biasanya auditori sangat menyukai permainan kata-kata dan bahasa.
Baca juga: Yang No 2 Ini Berasa Sakit Kalau Kamu Alami, Apalagi Anakmu! Mereka Bisa Jadi Minder Loh
2. Gaya belajar visual
Sesuai dengan namanya, gaya belajar ini akan melibatkan panca indra ketika belajar. Anak dengan gaya belajar visual cenderung memperlihatkan ketertarikan terhadap buku, terutama buku dengan banyak kata-kata, diagram atau warna-warna yang terang. Anak tipe ini juga mudah belajar melalui video, demonstrasi atau buku panduan. Dibandingkan 2 gaya belajar lainnya, tipe gaya belajar ini mendekati cara belajar yang diterapkan di Indonesia.
Untuk mengetahui tipe anak dengan gaya belajar visual, kita bisa melihat barisan pertama di depan kelas. Karena mereka akan cenderung memperhatikan apa yang guru tulis di papan tulis, sehingga mereka memilih untuk duduk di depan kelas.
Biasanya, mereka juga menyukai melukis atau menggambar. Ketika bercerita, anak dapat dengan mudah dapat menceritakan sampai ke detail-detail terkecil sekalipun. Kalimat "Coba lihat" adalah yang paling sering diucapkan ketika mempelajari sesuatu dan lebih menyukai jika ada seseorang yang memberi contoh sebelum akhirnya mereka mencoba sendiri.
Untuk mendorong anak tipe visual lebih berprestasi, cobalah untuk membiasakan mereka dengan membaca buku. Bahkan sebeluma mereka bisa membaca, anak dengan gaya belajar visual akan memperlihatkan ketertarikannya dengan gambar yang ada di buku.
Kita juga bisa menggunakan mind maps untuk membantu anak-anak tipe ini mengingat sesuatu. Cara lainnya adalah membekali mereka dengan buku catatan yang warna-warni dan menempatkan mereka di tempat-tempat sepi ketika sedang belajar.
3. Gaya belajar kinestetik
Gaya belajar ini adalah gaya belajar yang melibatkan banyak aktifitas fisik. Untuk bisa menyerap suatu informasi, anak dengan gaya belajar ini perlu melakukan sesuatu, baik dengan sentuhan atau gerakan tertentu.
Cara mudah mengenali gaya belajar tipe ini adalah kalimat "Coba aku pegang" atau "coba aku mau lihat" yang sering dilontarkan. Bermain bongkar pasang adalah kegiatan yang disenangi, bahkan mereka akan membongkar suatu benda untuk bisa mempelajarinya. Jika ditempatkan dalam kelas seni, mereka akan memilih berkreasi dengan play doh atau lilin mainan. Pada usia balita, kita bisa menggunakan buku yang 'pop-up' atau buku-buku yang sedikit memiliki tekstur untuk membantu anak dengan gaya belajar ini dalam belajar.
Jika memungkinkan, biasakan untuk membekali mereka dengan benda-benda yang dapat membantu mereka di dalam kelas. Misalnya, balok warna atau rubik. Di dalam rumah, kita juga bisa menggunakan magnet yang bisa ditempel di kulkas untuk mendorong daya ingat anak.
Penelitian mengemukakan bahwa anak dengan gaya belajar ini cenderung lebih mudah menerima informasi dengan pengalaman yang melibatkan fisik seperti bertepuk tangan, menari, atau menjentikan jari. Bahkan, ketika mereka harus belajar matematika.
Sumber : Whitbyschool.com